Tuesday, September 4, 2012

Di Persimpangan

Aku disini di tempat yang sama, di tanggal yang sama, dan masih menghirup udara yang sama.
Ntah apa yang membuatku kemari.
Semua masih tetap terlihat sama, tetapi terasa ada hal yang berbeda hari ini.
Tak biasanya aku hanya berjalan sendiri di sini, tak biasanya aku menghirup udara ini sendiri, tak biasanya pula aku hanya terdiam di sini.
Kehadiran sosokmu di sampingku,
Ya aku yakin itu yang menghilang, itu yang berbeda sekarang.

Dulu kaulah yang menemaniku berjalan, bernafas, tertawa dan menangis disni.

Setahaun kita menyusuri jalan ini bersama dan seirama.
Meski terkadang kita terjatuh, kita akan berpegangan untuk saling menguatkan diri dan bangkit.
Meski ada angin menerjang, kita kuatkan kesetiaan agar tak terhembus begitu saja.
Meski ombak besar nan keras menerjang, kita kuatkan kepercayaan agar tak terhempas begitu saja.


Dipersimpangan ini kita memilih jalan kita masing-masing.
Aku tahu kita sama-sama hancur.
Hancur karena ke naifan kita,
hancur karena kesombongan kita dalam menatap masa depan,
hancur karena keegoisan,

hancur karena ulah kita sendiri.
tetapi setidaknya tak ada pertengkaran yang memisahkan kita.


Masih ingatkah kau? saat kau menguatkanku untuk tidak takut akan kegelapan dan percaya bahwa meski kita ditengah kegelapan kita tidak sendiri.
Ada satu cerita. Saat aku pulang les malam tanpa seorangpun aku takut, takut sekali sebenarnya. tapi aku selalu ingat kata-katamu dan memanjatkan do'a ketika aku benar-benar ketakutan. Saat masuk tikungan, jalan mengecil dan masuk gang di sana semua semakin gelap. Aku mendengar seseorang mengikutiku dari belakang. Suara sepeda di belakangku melaju semakin cepat. Aku pun semakin ketakutan dan ikut-ikutan menambah laju sepeda miniku. Aku semakin takut karena pengendara sepeda misterius itu semakin medekatiku dan aku pasrah aku hanya berdoa dan memohon keselamatan. Tetapi keteganganku berkurang dan berubah menjadi marah ketika aku mengenal suara di blakangku. itu suaramu taukah kau betapa takutnya aku, melihat reaksimu yang tertawa geli melihat tingkahku yang ketakutan tadi membuatku ingin memukulmu sekeras-kerasnya.


Masih ingatkah kau? ketika malam nisfu sya'ban, kau yang pertama kali menunjukkan indahnya bulan. benar benar indah terlihat sangat besar dan jelas bagai koin perak yang menghiasi pemandangan sawah di depan kita.


Kita memang sudah ada di jala kita masing-masing mengarungi hidup yang berbeda.
Tetapi kau masih sahabatku dan banyak hal yang aku ingat saat kau masih ada disini ditmpat ini bersamaku.

Indah dan sangat indah tak ada yang kulupa sejauh ini.



for myVAPSAV

No comments:

Post a Comment